Lubuklinggau, 4 Oktober 2013
Salam
hangat semoga selalu menjadi pribadi yang hebat.
Setumpuk kertas tergeletak kacau di atas
meja. Sebuah kolom berwarna mengundang mata untuk membaca. Tertuliskan iklan
lomba menulis surat untuk Dahlan Iskan. Tersiratlah semua luka dan tawa yang pernah
terindera melalui media.
Kehadiranmu di dunia bertepatan 6 tahun
Indonesia merdeka, setidaknya begitu yang kau pilih, semestinyalah aroma
perjuangan mengalir pula disetiap pori-porimu. Namun tak perlu lagi engkau
angkat senjata. Lagipula saat itu kau masih lemah. Cukuplah engkau merengek
minta sekolah. Agar tercapai cita-cita.
Tapi tak baik pula jalan pendidikanmu.
Tak seperti menteri dan pejabat lain dengan sederet gelar di belakang namanya.
Engkau hanyalah tamatan SMA. Namun ijazah SMA-mu lebih berharga daripada ijazah
sarjana. Otakmu lebih cerdas daripada strata satu, dua atauppun tiga. Maka
engkaulah panutan pemuda putus sekolah untuk meniti karir.
Bapak Dahlan Iskan yang terhormat,
12 Juli 2013 saya mendengar kabar
melalui media bahwa Merpati akan dijual. Saat itu saya langsung membuat tweet “Kecewa
dengan @iskan_dahlan jika Merpati benar-benar diprivatisasi. Saya terlanjur
debat dgn dosen DI tidak akan pernah memprivatisasi BUMN”. Benar, Pak, dua
minggu sebelumnya kami sempat berdiskusi dikelas mengenai Privatisasi dan
nasionalisasi BUMN. Saya berkeras “sepanjang jabatan pak Dahlan Iskan belum
pernah ada BUMN yang diprivatisasi, bahkan ancang-ancang untuk hal itupun belum
ada. Yang ada hanyalah penyederhanaan jumlah BUMN. BUMN yang manajemennya buruk
akan dimerger dengan BUMN yang memiliki manajemen lebih baik. Sehingga
Pemerintah tidak perlu menggelontorkan dana yang besar untuk banyak manajemen
BUMN” Begitu pendapat saya.
Hingga kini saya belum mendapatkan kabar
lebih lanjut terkait privatisasi Merpati. Hal ini bukan tentang saya yang gagal
mempertahakankan pernyataan saya. Namun lebih pada kekecewaan yang sangat besar
karena merpati akan terbang meninggalkan sarang dengan telur-telur yang
seharusnya bisa menetas dengan sayap-sayap yang lucu.
Bapak Dahlan Iskan yang terhormat,
Banyak filosofi penting dalam hidup
anda. Seperti halnya sarung yang dapat anda gunakan untuk berbagai keperluan.
Maka seharusnyalah anda menggunakan sumber daya yang terbatas untuk keperluan
tanpa batas. Gunakanlah sarung itu untuk membungkus para penjarah kekayaan
negeri. Tapi jangan anda gunakan sarung itu untuk mengantungi kekayaan Negeri
untuk keperluan pribadi. Dan jika anda melakukannya, maka gunakanlah sarung itu
untuk menggantung harga diri anda di jembatan Watervang, salah satu ikon wisata
Kota Lubuklinggau.
Hal yang sama dapat pula kita pelajari
dari sepatu kets anda. Sepatu kets yang tidak hanya menggambarkan cinta
Indonesia. Namun sepatu kets anda juga dapat digunakan ke berbagai medan jalan.
Maka semestinyalah sepatu itu engkau bawa untuk terus berkunjung ke dalam
masyarakat yang penuh jalan berlumpur seperti halnya Ulil Amri terdahulu.
Janganlah sepatu kets itu anda gunakan untuk menginjak rakyat yang tak punya
tenaga untuk melawanmu. Jangan pula kau gunakan untuk mengusir pedagang kaki
lima tanpa menyiapkan tempat pengganti bagi mereka. Karena sepatu kets itu
punya jejak yang akan terlihat sangat jelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar