“Sayank”
Cuaca cukup terik siang ini. Aku memaku
sejenak di depan kaca penuh warna. Sekedar memalingkan pikiran dari rutinitas.
Lalu aktivitasmu tertera dalam daftar bacaanku dengan komentar yang bersambut
tanggapan darimu. Kalian saling sapa "sayank". Aku pun kembali pada
rutinitasku.
Offline
Kemarin
aku nelpon kamu. Tapi lima kali panggilanku tak pernah kau jawab. Entah
kesibukan apa yang kau geluti. Hingga sms dan BBM tak pernah pula kau hiraukan.
Semula berpikir bahwa mungkin Handphonemu
hilang. Tapi akun Whatsappmu seringkali online. Aku merasa kamu berubah sejak menikah
dengannya.
Rindu dan Telpon
Rindu
menggamang. Aku terkelungkup bersama gelap. Cintaku membeku dalam ruang yang
kian sesak. Menunggu namamu menyapa seiring telpon berdering. “Maaf membuatmu
menunggu lama. Aku harus menunggu suamiku tertidur” ujarmu.
Pembunuh
Tepat
di dada kirinya. Pria itu pun jatuh tersungkur. Namun matanya tetap terbuka.
Menatap pisau yang masih erat di genggaman pria yang membunuhnya. Aku
menjatuhkan pisau itu dan berlalu.
Suami
Sudahlah,
suamimu tak akan tahu. Kini saatnya kau menjadi suamiku pula.
Lubuklinggau, 27 Maret 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar