Merdeka.com edisi senin, 13 Januari 2013 mengangkat judul “Konvensi Partai Demokrat Makin Kisruh dan Tak Jelas“.
Hal ini terkait salah satu tim komite audit survei konvensi, Hamdi
Muluk keluar karena tak ada surat keputusan pengangkatan oleh Demokrat.
Sungguh ironis ketika sebuah partai besar masih melakukan kesalahan
dalam hal teknis. Diluar konteks sengaja atau tidak, kejadian ini tentu
memberikan kesan buruk bagi partai dan mengecewakan bagi Hamdi Muluk.
Pada situs yang sama Efendi Ghazali, anggota Komite Konvensi Demokrat
mengatakan “Secara umum jika benar demikian, terutama memang tidak ada
SK pengangkatan Tim Audit Survei, itu benar-benar keterlaluan dan
relatif menghina akademisi yang berintegritas seperti Prof. Hamdi
Muluk.”
Bertolak dari kekisruhan ini, saya coba kembali menimbang keikutsertaan
Dahlan Iskan dalam “audisi” Capres Partai Demokrat. Sejauh ini DI tetap
memiliki elektabilitas tertinggi di antara peserta konvensi lainnya.
Namun begitu, saya akan sangat mendukung seandainya DI mundur dari ajang
Konvensi Partai Biru ini.
Ada beberapa hal yang dapat menjadi pertimbangan. Pertama, isu
penjegalan pencalonan DI melalui kenaikan harga gas elpiji beberapa
waktu lalu. Jika isu ini benar, tentu menjadi gambaran bahwa DI tidak
diharapkan menang oleh elit partai dan orang-orang yang berkepentingan.
Untuk apa DI berada dilingkungan yang tidak menerimanya. Sedangkan
lingkungan yang lebih besar siap menyambutnya dengan tangan terbuka.
Kedua, elektabilitas DI yang tetap tinggi menunjukkan pesona DI telah
diterima di masyarakat. DI telah dikenal masyarakat jauh sebelum ia
menjadi peserta konvensi. Bahkan Presiden SBY pun mengakui kerja keras
DI dengan mengangkatnya sebagai Mentri BUMN. Jadi, sekalipun tidak
melalui Partai biru, bukan tidak mungkin DI akan tetap didukung maju
sebagai capres melalui partai-partai lain.
Ketiga, Kader-kader partai biru banyak terjebak dalam kasus korupsi.
Ibarat pepatah dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung, bukan tidak
mungkin jika DI juga dapat terjebak dalam lingkaran sistem korupsi.
Mengingat partai penguasa tentu akan menjadi sorotan bagi para penegak
hukum.
Keempat, DI hanya akan menjadi penyambung lidah bagi Demokrat. Partai
Demokrat telah berkuasa selama dua periode. Tentu mereka tak ingin
kehilangan kekuasaannya. Terlebih mengubah gaya kepemimpinan yang sudah
terbentuk dengan gaya baru DI. Sehingga akan sangat mungkin DI akan
diinterfensi jika berhasil menembus RI 1.
Untuk itu, akan sangat disayangkan jika salah satu putra terbaik bangsa
berada dalam lingkungan yang kurang baik. Potensi DI dalam membangun
nusa dan bangsa mestilah diberdayakan secara baik dan tepat. Partai
besar tidak hanya Partai Demokrat. Jalan menuju Capres tidak hanya
Konvensi.
Referensi :
http://www.merdeka.com/politik/konvensi-partai-demokrat-makin-kisruh-dan-tak-jelas.html
http://www.merdeka.com/politik/konvensi-partai-demokrat-makin-kisruh-dan-tak-jelas.html