“VICKINISASI” DALAM BAHASA



Akhir-akhir ini masyarakat dihebohkan dengan penggunaan bahasa “intelektual” yang disebut sebagai “vickinisasi”. Kesalahan pemilihan kata dan penggunaan imbuhan yang kurang tepat oleh publik figur berinisial “VP” dalam sebuah konferensi pers menjadi olok-olok yang telah menyebar luas. Istilah “labil ekonomi, konspirasi hati dan statusisasi” menjadi beberapa kata yang sering digunakan dalam berkomunikasi.
Fenomena ini sebenarnya adalah puncak dari kacaunya penggunaan bahasa dalam masyarakat. Sudah sejak lama Bahasa Indonesia bercampur aduk dengan bahasa-bahasa asing tanpa memperhatikan kaidah berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Publik figur, Pejabat Negara, Pemuka Agama, Tokoh Masyarakat yang semestinya menjadi panutan dalam berbahasa Indonesia yang baik dan benar, tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Hal yang sama juga mestinya perlu menjadi perhatian pihak-pihak yang berkutat dengan dunia kepenulisan seperti konseptor, penulis, wartawan dan penerbit.
Bahasa Indonesia sudah ditetapkan sebagai bahasa negara seperti tercantum dalam Pasal 36 Undang-undang Dasar 1945 . Oleh karena itu, semua warga negara Indonesia wajib menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

Surat Terbuka untuk Dahlan Iskan



Lubuklinggau, 4 Oktober 2013

Salam hangat semoga selalu menjadi pribadi yang hebat.
Setumpuk kertas tergeletak kacau di atas meja. Sebuah kolom berwarna mengundang mata untuk membaca. Tertuliskan iklan lomba menulis surat untuk Dahlan Iskan. Tersiratlah semua luka dan tawa yang pernah terindera melalui media.
Kehadiranmu di dunia bertepatan 6 tahun Indonesia merdeka, setidaknya begitu yang kau pilih, semestinyalah aroma perjuangan mengalir pula disetiap pori-porimu. Namun tak perlu lagi engkau angkat senjata. Lagipula saat itu kau masih lemah. Cukuplah engkau merengek minta sekolah. Agar tercapai cita-cita.
Tapi tak baik pula jalan pendidikanmu. Tak seperti menteri dan pejabat lain dengan sederet gelar di belakang namanya. Engkau hanyalah tamatan SMA. Namun ijazah SMA-mu lebih berharga daripada ijazah sarjana. Otakmu lebih cerdas daripada strata satu, dua atauppun tiga. Maka engkaulah panutan pemuda putus sekolah untuk meniti karir.
Bapak Dahlan Iskan yang terhormat,
Designed by Animart Powered by Blogger